Shalat Jenazah

Risalah Janaaiz

Menshalatkan Mayyit

Setelah mayat dimandikan dan dikafani, agama mensyariatkan untuk menshalatkannya. Hukumnya adalah fardlu kifayah, yaitu telah mencukupi bila dilakukan oleh sebagian kaum muslimin, sedang bila tidak ada yang melakukannya, berdosalah semuanya. Hal ini boleh dilakukan dimana saja tempat-tempat yang suci, baik di rumah atau di masjid (misalnya : karena rumahnya kecil, sedang yang akan menshalatkan amat banyak dan lain-lain sebab yang dibenarkan oleh agama). Jadi bukan dengan kepercayaan, bahwa shalat jenazah di masjid itu merupakan suatu ketetapan agama yang bila tidak dilaksanakan di masjid diangap kurang sah dlsb.

Menshalatkan mayyit ini dapat dilakukan secara munfarid (sendirian) maupun berjama’ah (dengan seorang imam dan yang lain menjadi ma’mum), kedua-duanya dibenarkan oleh syara’ (hukum agama).

Apabila mayyit itu laki-laki, mayyit tersebut diletakkan di hadapan orang- orang yang akan menshalatkannya, dan orang yang menshalatkannya (imam, bila shalat itu berjama’ah) berdiri menghadap qiblat dan searah kepala mayyit. Sedang jika mayyit itu wanita, mayyit tersebut diletakkan di hadapan orang-orang yang akan menshalatkannya, tetapi orang yang menshalatkannya (imamnya) berdiri searah pinggang (perut) mayyit.

Shalat jenazah ini dilakukan dengan berdiri (setelah takbiratul ihram lalu bersedekap) tanpa memakai ruku’, sujud dan sebagainya.


Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

  1. Takbiratul ihram (takbir untuk memulai shalat)
  2. Membaca Al-Faatihah
  3. Bertakbir yang kedua kalinya
  4. Membaca shalawat atas Nabi
  5. Bertakbir yang ketiga kalinya
  6. Mendo’akan mayyit
  7. Bertakbir yang keempat kalinya
  8. Salam

No 4 Bacaan shalawat Klik disini >>

No 6 Membaca do’a untuk si mayyit :

ﺍَﻟﻠّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻪُ ﻭَ ﺍﺭْﺣَﻤْﻪُ ﻭَ ﺍﻋْﻒُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَ ﻋَﺎﻓِﻪِ ﻭَ ﺍَﻛْﺮِﻡْ ﻧُﺰُﻟَﻪُ ﻭَ ﻭَﺳّﻊْ ﻣَﺪْﺧَﻠَﻪُ ﻭَ ﺍﻏْﺴِﻠْﻪُ ﺑِﻤَﺎﺀٍ ﻭَ ﺛَﻠْﺞٍ ﻭَ ﺑَﺮَﺩٍ ﻭَ ﻧَﻘّﻪِ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﺨَﻄَﺎﻳَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﻳُﻨَﻘَّﻰ ﺍﻟﺜَّﻮْﺏُ ﺍْﻻَﺑْﻴَﺾُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪَّﻧَﺲِ . ﻭَ ﺍَﺑْﺪِﻟْﻪُ ﺩَﺍﺭًﺍ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻦْ ﺩَﺍﺭِﻩِ ﻭَ ﺍَﻫْﻼً ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻦْ ﺍَﻫْﻠِﻪِ ﻭَ ﺯَﻭْﺟًﺎ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻦْ ﺯَﻭْﺟِﻪِ ﻭَ ﻗِﻪِ ﻓِﺘْﻨَﺔَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ ﻭَ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ . ﻣﺴﻠﻢ ٦٦٣:٢

Allahummaghfirlahu warhamhu wa’fu‘anhu wa‘aafihi waakrim nuzulahu, wawassi’madkholahu, waghsilhu bimaai watsalji wabarod wanaqqihi minal khothoyaa kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu minad danaas, wa abdilhu daaron khoirom min daari-hi, wa ahlan khoirom min ahlihi, wa zawjan khoirom min zawjihi, waqihi pitnatal qabri wa ‘adzabannaar.

Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, maafkanlah dia, berilah ‘afiat padanya dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah tempat masuknya, cucilah dia dengan air, salju dan air embun. Bersihkanlah dia dari dosa-dosa sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada rumahnya (di dunia), gantilah keluarganya dengan keluarga yang lebih baik dari pada keluarganya, gantilah jodohnya dengan jodoh yang lebih baik daripada jodohnya (di dunia). Dan peliharalah dia dari fitnah qubur dan siksa neraka. [HR. Muslim juz 2, hal. 663]

Adapun tentang takbir dalam shalat jenazah itu disertai dengan mengangkat tangan atau tidak :

Dari Naafi’ dari Ibnu ‘Umar, bahwasanya ia mengangkat kedua tangannya pada setiap takbir pada shalat jenazah. [HR Syafi’Iy dalam Musnadnya, dalam Al-Umm juz 9, hal. 507]

Dari Ibnu ‘Umar bahwasanya Nabi SAW apabila menshalatkan jenazah, beliau mengangkat kedua tangannya pada setiap takbir. Dan apabila selesai, beliau mengucap salam. [HR. Daraquthni, dalam ‘Ilalnya]

Al-Haafidh Ibnu Hajar Al-‘Asqalaniy (wafat 852 H) berkata : Imam Daraquthniy meriwayatkan dari haditsnya Ibnu ‘Abbas dan Abu Hurairah bahwasanya dahulu Nabi SAW apabila menshalatkan jenazah, beliau mengangkat kedua tangannya pada takbir yang pertama, kemudian beliau tidak mengulanginya, sedangkan sanad hadits tersebut dla’if tiidak sah sedikitpun, padahal telah sah dari Ibnu ‘Abbas, bahwasanya beliau mengangkat kedua tangannya pada takbir-takbir shalat jenazah, hadits ini diriwayatkan oleh. Sa’id bin Manshur. [At- Talkhiishul Habiir juz 2, hal. 333]

Dalil tentang takbir shalat jenazah

Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW menyiarkan berita wafatnya Raja Najasyi pada hari kematiannya. Kemudian beliau berangkat ke mushalla, lalu membuat shaff dengan para shahabat (untuk menshalatkannya) dan beliau takbir empat kali (dalam shalat jenazah tersebut). [HR. Bukhari juz 2, hal. 71]

Dari Jabir RA, bahwa Nabi SAW pernah menshalatkan Ashhamah raja Najasyi, dan beliau takbir empat kali. [HR. Bukhari juz 2, hal. 91]

Dalil tentang bacaan dalam shalat jenazah.

Dari Az-Zuhriy, ia berkata : Abu Umamah bin Sahl mengkhabarkan kepada kami bahwa ia diberitahu oleh seorang laki-laki dari shahabat Nabi SAW, bahwa menurut sunnah Nabi SAW pada shalat jenazah, mula-mula imam bertakbir, kemudian membaca Al-Faatihah dengan suara pelan sesudah takbir pertama, lalu membaca shalawat atas Nabi SAW, kemudian berdoa dengan ikhlash untuk jenazah dalam takbir-takbir, dan tidak membaca (ayat) sedikitpun diantara takbir-takbir itu, kemudian salam dengan suara pelan. [HR. Asy-Syafi’iy dalam musnadnya, dalam Al-Umm juz 9, hal. 507]

Dari Ibrahim Al-Hajariy ia berkata : ‘Abdullah bin Abu Aufa mengimami kami ketika menshalatkan jenazah anak perempuannya, ia bertakbir empat kali, lalu diam sebentar sehingga kami mengira bahwasanya ia akan bertakbir yang kelima, kemudian ia mengucap salam ke kanan dan ke kiri. Setelah selesai kami bertanya kepadanya, “Bagaimana ini ?”. Ia menjawab, “Sesungguhnya aku tidak menambah kepada kalian atas apa yang aku lihat Rasulullah SAW melakukannya”, atau ia berkata, “Demikianlah Rasulullah SAW melakukannya”. [HR. Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra juz 4, hal. 43]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*