Doa Jenazah

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian menshalatkan mayyit, maka berdoalah dengan ikhlash”. [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 210, no. 3199]

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكِ اْلاَشْجَعِيّ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص وَ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ يَقُوْلُ: اَللّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَ ارْحَمْهُ وَ اعْفُ عَنْهُ وَ عَافِهِ وَ اَكْرِمْ نُزُلَهُ وَ وَسّعْ مَدْخَلَهُ وَ اغْسِلْهُ بِمَاءٍ وَ ثَلْجٍ وَ بَرَدٍ، وَ نَقّهِ مِنَ اْلخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَ اَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَ اَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ، وَ زَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَ قِهِ فِتْنَةَ اْلقَبْرِ وَ عَذَابَ النَّارِ. قَالَ عَوْفٌ: فَتَمَنَّيْتُ اَنْ لَوْ كُنْتُ اَنَا اْلمَيّتَ، لِدُعَاءِ رَسُوْلِ اللهِ ص لِذلِكَ اْلمَيّتِ. مسلم ٢: ٦٦٣

Dari ‘Auf bin Malik Al-Asyja’iy ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW dalam shalat jenazah, beliau berdoa Alloohummaghfir lahu warhamhu wa’fu ‘anhu wa ‘aafihi wa akrim nuzulahu wa wassi’ madkholahu waghsilhu bi maain wa tsaljin wa barodin wa naqqihi minal khothooyaa kamaa yunaqqots tsaubul abyadlu minad danas, wa abdilhu daaron khoiron min daarihi, wa ahlan khoiron min ahlihi, wa zaujan khoiron min zaujihi, wa qihi fitnatal qobri wa ‘adzaaban naar. (Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, maafkanlah dia, berilah ‘afiat kepadanya, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah tempat masuknya, cucilah dia dengan air, salju dan air embun. Bersihkanlah dia dari dosa-dosa sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik dari pada rumahnya (di dunia), gantilah keluarganya dengan keluarga yang lebih baik daripada keluarganya, gantilah jodohnya dengan jodoh yang lebih baik daripada jodohnya. Dan jagalah dia dari fitnah qubur dan siksa neraka)”. ‘Auf berkata, “Lalu aku membayangkan seandainya aku adalah mayyit yang dishalatkan itu, karena doanya Rasulullah SAW kepadanya”. [HR. Muslim juz 2, hal. 663, no. 86]

عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍقَالَ: سَمِعْتُ عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ يَقُوْلُ: صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى جَنَازَةٍ فَحَفِظْتُ مِنْ دُعَائِهِ وَ هُوَ يَقُوْلُ: اَللّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَ ارْحَمْهُ وَ عَافِهِ وَ اعْفُ عَنْهُ وَ اَكْرِمْ نُزُلَهُ وَ وَسّعْ مَدْخَلَهُ وَ اغْسِلْهُ بِاْلمَاءِ وَ الثَّلْجِ وَ اْلبَرَدِ وَ نَقّهِ مِنَ اْلخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلاَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَ اَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَ اَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَ زَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَ اَدْخِلْهُ اْلجَنَّةَ وَ اَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ (اَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ). قَالَ: حَتَّى تَمَنَّيْتُ اَنْ اَكُوْنَ اَنَا ذلِكَ اْلمَيّتَ. مسلم ٢: ٦٦٢

Dari Jubair bin Nufair, ia berkata : Saya mendengar ‘Auf bin Malik berkata : Rasulullah SAW pernah menshalatkan jenazah, maka aku hafal dari doanya, beliau membaca Alloohummaghfir lahu warhamhu wa ‘aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi’ madkholahu, waghsilhu bil maai wats-tsalji wal barodi, wa naqqihi minal khothooyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadlo minad danas. Wa abdilhu daaron khoiron min daarihi, wa ahlan khoiron min ahlihi, wa zaujan khoiron min zaujihi, wa adkhilhul jannata, wa a’idzhu min ‘adzaabil qobri, (au min ‘adzaabin naar). [Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, berilah ‘afiat kepadanya, berilah maaf kepadanya, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah tempat masuknya, dan cucilah dia dengan air, salju dan embun. Dan bersihkanlah dia dari kesalahan-kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan kain yang putih dari kotoran. Dan berilah ganti untuknya rumah yang lebih baik daripada rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik daripada keluarganya, dan jodoh yang lebih baik daripada jodohnya. Dan masukkanlah dia ke surga, dan lindungilah dia dari siksa qubur (atau dari siksa neraka)]”. ‘Auf berkata, “Sehingga aku membayangkan bahwa akulah mayyit yang dishalatkan itu”. [HR. Muslim juz 2, hal. 662. No. 85]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى جَنَازَةٍ فَقَالَ: اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيّنَا وَ مَيّتِنَا وَ صَغِيْرِنَا وَ كَبِيْرِنَا وَ ذَكَرِنَا وَ اُنْثَانَا وَ شَاهِدِنَا وَ غَائِبِنَا. اَللّهُمَّ مَنْ اَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَاَحْيِهِ عَلَى اْلاِيْماَنِ وَ مَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلاِسْلاَمِ. اَللّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهُ وَ لاَ تُضِلَّنَا بَعْدَهُ. ابو داود ٣: ٢١١

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW pernah menshalatkan jenazah, beliau berdoa Alloohummaghfir lihayyinaa wa mayyitinaa, wa shoghiirinaa wa kabiirinaa, wa dzakarinaa wa untsaanaa, wa syaahidinaa wa ghooibinaa. Alloohumma man ahyaitahu minnaa fa- ahyihi ‘alal iimaan, wa man tawaffaitahu minnaa fa-tawaffahu ‘alal islaam. Alloohumma laa tahrimnaa ajrohu walaa tudlillanaa ba’dahu”. (Ya Allah, ampunilah orang-orang yang hidup diantara kami, dan yang telah mati diantara kami, yang kecil dan yang besar, yang laki-laki maupun yang perempuan, yang hadir dan yang tidak hadir. Ya Allah, siapa yang Engkau hidupkan diantara kami maka hidupkanlah dia dalam iman, dan siapa yang Engkau matikan diantara kami, maka matikanlah dia dalam Islam. Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari pahalanya dan janganlah Engkau sesatkan kami sepeninggalnya). [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 211, no. 3201]

Dari Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman, ia berkata : Aku bertanya kepada ‘Aisyah Ummul Mukminin : Bagaimanakah shalatnya Rasulullah SAW ketika menshalatkan mayyit ? ‘Aisyah berkata : Dahulu beliau berdoa Alloohummaghfir lihayyinaa wa mayyitinaa, wa dzakarina wa untsaanaa, wa syaahidinaa wa ghooibinaa, wa shoghiirinaa wa kabiirinaa. Alloohumma man ahyaitahu minnaa fa ahyihi ‘alal islaam, wa man tawaffaitahu minnaa fatawaffahu ‘alal iimaan. (Ya Allah, ampunilah orang yang hidup dari kami dan yang sudah mati, yang laki-laki maupun yang perempuan, yang hadir maupun yang tidak hadir, yang kecil maupun yang besar. Ya Allah, siapa diantara kami yang Engkau hidupkan, maka hidupkanlah dia dalam Islam, dan siapa diantara kami yang Engkau matikan, maka matikanlah dia dalam iman”. [HR. Hakim dalam Al- Mustadrak juz 1, hal. 511, no. 1327]

Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW bahwasanya dahulu apabila beliau menshalatkan jenazah, beliau berdoa, “Alloohumma ‘abduka wabnu ‘abdika kaana yasyhadu allaa ilaaha illalloohu, wa anna Muhammadan ‘abduka wa rasuuluka, wa anta a’lamu bihi minnii. In kaana muhsinan fa-zid fii ihsaanihi, wa in kaana musii-an faghfir lahu, walaa tahrimnaa ajrohu walaa taftinnaa ba’dahu”. (Ya Allah, hamba-Mu dan anak dari hamba-Mu, dan dia telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Mu dan utusan-Mu, dan Engkau lebih mengetahui kepadanya dari pada aku. Apabila dia itu baik, maka tambahlah kebaikannya, dan apabila jelek, maka ampunilah dia, dan janganlah Engkau halangi kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau datangkan cobaan kepada kami sepeninggalnya). [HR. Ibnu Hibban juz 7, hal. 342, no. 3073]

Dan masih ada lagi lafadh-lafadh doa yang lain yang tidak kami sebutkan di sini.

Tentang menshalatkan jenazah anak kecil.

Dari Mughirah bin Syu’bah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang naik kendaraan di belakang jenazah, orang yang berjalan kaki boleh dimana saja ia sukai. Adapun anak kecil dishalatkan jenazahnya”. [HR. Ahmad juz 6, hal. 332, no. 18186].

Dari Mughirah bin Syu’bah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Orang yang naik kendaraan di belakang jenazah, orang yang berjalan kaki berada di depan jenazah, di dekatnya di samping kanan dan kirinya. Adapun keguguran (lahir dalam keadaan meninggal), ia dishalatkan dan didoakan untuk kedua orang tuanya agar diberi ampunan dan rahmat”. [HR. Ahmad juz 6, hal. 335, no. 18198].

Dari ‘Aisyah, ia berkata : Didatangakan jenazah anak kecil dari kaum Anshar kepada Rasulullah SAW, lalu beliau menshalatkannya.’Aisyah berkata : Lalu aku berkata, “Beruntunglah anak ini, ia sebagai burung dari burung-burung surga. Dia belum pernah mengerjakan keburukan, dan belum mengerjakan dosa”. Nabi SAW bersabda, “Bahkan akan dimulyakan lebih dari itu hai ‘Aisyah,. Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan surga dan menciptakan pula penghuninya, dan menciptakan mereka itu melalui tulang shulbi ayah-ayah mereka. Dan Allah menciptakan neraka dan menciptakan pula penghuninya, dan menciptakan mereka itu melalui tulang shulbi ayah-ayah mereka”. [HR. Nasaai juz 4, hal. 57]

Al-Hasan (Al-Bashriy) berkata, “Orang yang menshalatkan jenazah anak kecil membaca Al-Faatihah, dan berdo’a alloohummaj’alhu lanaa salafan wa farothon wa ajron (Ya Allah, jadikanlah anak kecil ini sebagai pendahulu, pelopor dan pahala bagi kami)”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 91]

Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Ketika Ibrahim putra Nabi SAW meninggal dunia, pada waktu itu ia berumur delapan belas bulan, dan Rasulullah SAW tidak menshalatkannya”. [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 207, no. 3187]

Kesimpulan :

Tentang menshalatkan jenazah anak kecil, memang ada dalilnya, namun bukan sebagai keharusan.

Adapun lafadh doa untuk jenazah anak kecil, sampai sekarang kami belum mengetahui lafadh yang dicontohkan oleh Nabi SAW. Oleh karena itu, boleh kita membuat lafadh doa sendiri. Maka Al-Hasan Al- Bashriy (seorang tabi’iy) membaca di dalam doa shalat jenazah untuk anak kecil :

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ لَنَا سَلَفًا وَفَرَطًا وَأَجْرًا ،البخارى ٩١:٢

alloohummaj’alhu lanaa salafan wa farothon wa ajron (Ya Allah, jadikanlah anak kecil ini sebagai pendahulu, pelopor dan pahala bagi kami) [HR. Bukhari juz 2, hal. 91]

Apabila kedua orang tuanya itu orang Islam, boleh pula didoakan agar mendapat rahmat dan ampunan, walloohu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*