Shalat jama’

Shalat jama’ dengan satu adzan dan dua iqamah.

Dari Jabir RA bahwasanya Nabi SAW shalat jama’ di ‘Arafah dengan satu adzan dan dua iqamah. Kemudian datang ke Muzdalifah, lalu shalat Maghrib dan’Isyak dengan satu adzan dan dua iqamah, dan beliau tidak shalat sunnah diantara keduanya, kemudian tidur hingga terbit fajar. [Diringkas dari riwayat Muslim juz 2, hal. 890]

Dari Ja’far, dari ayahnya, ia berkata : Dahulu kami datang ke rumah Jabir bin ‘Abdullah, lalu aku berkata kepadanya, “Khabarkanlah kepadaku tentang hajjinya Nabi SAW”. Ia berkata, “Ketika Nabi SAW sampai di Muzdalifah beliau menjama’ shalat antara Maghrib dan ‘Isyak dengan satu adzan dan dua iqamah. Kemudian Rasulullah SAW tidur hingga terbit fajar (Shubuh)”. [HR. 2 Ibnu Khuzaimah juz 4, hal. 269, no. 2853]

Shalat malam dalam safar.

Dari ‘Abdulah bin ‘Amir bin Rabi’ah, bahwasanya ‘Amir bin Rabi’ah mengkhabarkan kepadanya, ia berkata, “Saya pernah melihat Rasulullah SAW shalat sunnah di atas kendaraan beliau menghadap ke arah manasaja, dan beliau berisyarat dengan kepala beliau. Namun beliau tidak melakukan yang demikian itu dalam shalat wajib”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 37]

Dari Nafi’ ia berkata : Dahulu Ibnu ‘Umar RA pernah shalat di atas kendaraannya, dan ia shalat witir di atasnya. Dan ia memberitahukan bahwa Nabi SAW dahulu pernah melakukan demikian itu. [HR. Bukhari juz 2, hal. 37]

Tentang mengusap khuff dalam safar.

Dari Mughirah bin Syu’bah, ia berkata : Dahulu aku pernah bepergian bersama Nabi SAW, lalu beliau bersabda, “Hai Mughirah, ambilkan ember berisi air”. Maka aku mengambilkannya. Kemudian aku keluar bersama beliau, lalu beliau memisahkan diri hingga tidak terlihat dariku, lalu beliau buang hajat. Kemudian beliau datang, ketika itu beliau memakai jubbah buatan Syam yang ujung lengan bajunya sempit. Lalu beliau mengeluarkan tangannya dari lengan baju yang sempit itu, maka beliau mengeluarkan tangannya dari bawahnya. Lalu aku menuangkan air, dan beliau berwudlu untuk shalat. Kemudian beliau mengusap pada kedua khuff beliau, lalu shalat. [HR.Muslim juz 1, hal. 229]

Dari Syuraikh bin Hani’, ia berkata : Aku datang kepada ‘Aisyah untuk bertanya tentang mengusap dua khuff (sepatu yang menutupi mata kaki), maka ‘Aisyah berkata, “Datanglah kepada ‘Ali bin Abi Thalib, tanyakanlah kepadanya, karena ia biasa bepergian bersama Rasulullah SAW”. Maka kami bertanya kepadanya, lalu ‘Ali menjawab, “Rasulullah SAW menentukan tiga hari tiga malam (boleh tidak membuka khuff) bagi musafir, dan sehari semalam bagi orang yang muqim”. [HR. Muslim juz 1, hal. 232]

Tentang tayammum dalam safar.

Dari ‘Aisyah, ia berkata : Kami pernah keluar bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan beliau. Ketika sampai di Baidaa’ (atau Dzaatul Jaisy), kalungku putus. Maka beliau berhenti lalu mencarinya, dan orang-orang pun ikut mencarinya, padahal mereka tidak mempunyai air sama sekali. Kemudian orang-orang mendatangi Abu Bakar, lalu berkata, “Tidakkah kamu melihat apa yang diperbuat ‘Aisyah ? Ia menghentikan Rasulullah SAW dan orang-orang yang bersama beliau, padahal mereka tidak mempunyai air sedikitpun juga ?”. Kemudian Abu Bakar mendatangiku, sedangkan Rasulullah SAW tidur dengan meletakkan kepala beliau di atas pahaku. Abu Bakar berkata, “Kamu telah menahan Rasulullah SAW dan orang-orang, padahal mereka tidak mempunyai air sama sekali”. Ia mencelaku dan berkata Maa syaa-allooh perkataan yang banyak sekali, lalu tangan beliau menyodok pinggangku dan tidak ada yang menahanku bergerak kecuali karena Rasulullah SAW berada di atas pahaku. Beliau tidur sampai pagi tanpa ada air sedikitpun. Kemudian Allah menurunkan ayat tentang tayammum, lalu mereka bertayammum”. Sehubungan dengan itu Usaid bin Hudlair (salah seorang pemimpin) berkata, “Itu bukanlah baru yang pertama kali berkah lantaran kalian, wahai keluarga Abu Bakar”. ‘Aisyah berkata, “Kemudian kami mencari unta yang aku kendarai, maka kami dapatkan kalung itu di bawahnya”. [HR. Muslim juz 1, hal. 279]

Dari ‘Aisyah, bahwasanya ia pernah meminjam kalung dari Asma’. Kemudian (dalam suatu perjalanan) kalung itu hilang, lalu Rasulullah SAW menyuruh para shahabat untuk mencarinya. Kemudian tiba waktu shalat, maka mereka shalat tanpa berwudlu (karena tidak ada air). Setelah mereka itu datang kepada Nabi SAW, mereka mengadukan hal tersebut kepada beliau, maka turunlah ayat tentang tayammum. Usaid bin Hudlair berkata, “(Terima kasih wahai ‘Aisyah), semoga Allah memberi balasan kepadamu dengan yang lebih baik. Demi Allah, tidaklah datang kepadamu suatu kesulitan, melainkan pasti Allah menjadikan untukmu jalan keluar darinya, dan menjadikan padanya berkah bagi kaum muslimin”. [HR. Muslim juz 1, hal. 279]

Dari ‘Ammar bin Yasir RA, ia berkata : Nabi SAW mengutus saya dalam suatu keperluan, lalu saya berjunub, tetapi tidak mendapatkan air. Maka aku berguling di tanah sebagaimana binatang berguling, kemudian saya datang kepada Nabi SAW dan menceritakan hal itu kepada beliau. Maka beliau bersabda, “Sebenarnya cukup bagimu dengan kedua tanganmu melakukan begini”. Lalu beliau menepukkan kedua tangan beliau ke tanah dengan sekali tepukan, kemudian beliau mengusapkan tangan kiri pada tangan kanannya, dan punggung kedua tapak tangan, dan wajah beliau. [HR. Bukhari dan Muslim, dan lafadh ini bagi Muslim, dalam Bulughul Maram hal. 26, no. 139]

Dan dalam riwayat Bukhari disebutkan : Maka Nabi SAW bersabda, “Sebenarnya cukup bagimu dengan kedua tanganmu melakukan begini”. Lalu beliau menepukkan kedua tangan beliau ke tanah, lalu meniupnya, kemudian beliau mengusapkannya pada wajah dan dua tangan beliau (hingga pergelangan). [HR. Bukhari juz 1, hal. 87]

Dari ‘Amr bin Al-‘Aash, ia berkata : Ketika perang Dzaatus Salaasil pada suatu malam yang sangat dingin, saya bermimpi (sampai keluar mani), lalu jika saya mandi takut binasa, maka saya bertayammum. Kemudian saya shalat Shubuh mengimami kawan-kawan saya. (Setelah tiba di Madinah) mereka menceritakan hal itu kepada Nabi SAW. Kemudian Nabi SAW bertanya, “Hai ‘Amr, mengapa kamu mengimami shalat kawan-kawanmu dalam keadaan junub ?”. Lalu saya beritahukan kepada beliau alasan yang menghalangiku untuk mandi. Saya berkata, “Sesungguhnya saya mendengar Allah berfirman (yang artinya) “Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kalian””. (An-Nisaa’ : 29), Kemudian Rasulullah SAW tertawa dan tidak mengatakan sesuatupun”. [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 92, no. 334]

Shalat sepulang dari safar.

Dari Ka’ab bin Malik, ia berkata, “Dahulu Nabi SAW apabila datang dari bepergian, beliau masuk ke masjid, lalu shalat dua rekaat di dalamnya, kemudian beliau duduk untuk melayani orang-orang”. [HR. Abu Dawud juz 3 : 88, no. 2773]

Keterangan : Nabi SAW shalat dua rekaat ini bisa juga karena pulang dari safar, bisa juga shalat Dluha (karena waktu itu waktu dluha), dan bisa juga shalat tahiyyatul masjid, karena beliau masuk masjid, walloohu a’lam. Jama’ di kota sendiri.

Dari ‘Abdullah bin Syaqiq, ia berkata : Pada suatu hari setelah ‘Ashar Ibnu ‘Abbas berkhutbah di hadapan kami hingga matahari terbenam dan muncullah bintang-bintang. Orang-orang sama berkata, “Shalat, shalat”. Kemudian datanglah seorang laki-laki dari Bani Tamim yang lugu dan bersahaja seraya berkata, “Shalat, shalat”. Ibnu ‘Abbas berkata, “Apakah kamu akan mengajariku tentang sunnah ? Celaka kamu”. Kemudian Ibnu ‘Abbas berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah SAW menjama’ antara shalat Dhuhur dan ‘Ashar, Maghrib dan ‘Isyak”. ‘Abdullah bin Syaqiq berkata, “Aku masih ragu tentang hal itu, lalu aku datang kepada Abu Hurairah untuk menanyakan hal itu, dan ternyata ia membenarkan apa yang dikatakan ‘Ibnu ‘Abbas itu”. [HR. Muslim juz 1, hal. 491]

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah menjama’ antara shalat Dhuhur dan ‘Ashar, Maghrib dan ‘Isyak di Madinah, bukan karena takut dan bukan karena hujan”. [HR. Muslim juz 1, hal. 491]

Dalam hadits yang melalui sanad Waqi’ disebutkan, ia berkata : Aku bertanya kepada Ibnu ‘Abbas, “Kenapa beliau melakukan yang demikian ?”. Ibnu ‘Abbas menjawab, “Supaya tidak memberatkan ummatnya”. [HR. Muslim juz 1, hal. 491]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*